Tuesday, July 11, 2006

Paniknya Orang Tua



Menjadi orang tua adalah hal yang menantang. Iya. Bener deh. Tiap hari pasti ada aja hal baru untuk dijadikan pengalaman. Merawat anak yang merupakan suatu titipan, membuat kami harus selalu disiplin. Lucu ya, kami malah diajarin Dilly. Mulai dari hal yang paling kecil seperti berkata-kata, atau bangun pagi, sampai soal kesehatan. Kami jadi tidak boleh sembarangan bicara, karena langsung ditiru Dilly. Dari situ, kami langsung introspeksi, ternyata begitu banyak kata-kata yang tidak berguna yang kami ucapkan ( Hehehe, secara gue latah). Trus... bangun pagi, selalu kesiangan. Akibatnya, Dilly mau masuk playgroup jadi ketundaaaaaaaaaa terus. Karena kami bangun siang banget sehingga mau daftar telat terus, kantornya udah tutup (salah sendiri, lagian tutupnya pagi banget, niat gak sih buka TK?????!!!!) padahal itu udah jam 10, kan pagi banget ya? Siapa coba yang udah bangun jam segitu? (Oh banyak ya?? maaf ya...). Dan soal kesehatan, kami ternyata sama-sama alergi. Alergi debu, alergi seafood, akh sedihnya... Kesiannya dampak di Dilly gede banget. Karena dia nggak boleh makan coklat, terigu,seafood, dll (banyak deh pantangannya) jadi kata Dr. Widodo Judarwanto, SpA(k). Dilly terhambat perkembangannya karena alerginya itu menghambat perkembangan otak. Orang Tua mana sih yang nggak pengen anaknya normal? Jadi anak kami normal apa nggak sih? Bingung, sedih, panik, stresssssss... Kami langsung DOCTOR SHOPPING. Gak puas ama si A, lari ke B. Gak puas juga, lari ke C, etc. Belum lagi Dilly divonis macem - macem. Segala AUTISlah, ADHDlah, PDDlah. Haduhhhh sedih banget deh. Tapi namanya juga orang tua, pengen yang terbaik buat anaknya toh? Kami pikir, daripada mencoba menghibur diri sendiri, menganggap Dilly gak ada masalah, trus nantinya malah makin gawat, NGGAK MAU kaaan? Udah deh, dibawalah Dilly therapy A-Z. MEndadak jadwalnya penuh banget. Secara anak umur 2 th tapi dari Senin ke Minggu ada jadwalnya, kesiaaan bgt. Selasa therapy motorik, kamis berenang, sabtu naik kuda, minggu hiking, tiap hari harus jalan pagi dan jalan sore minimal 30 menit. Dianya jg capek musti pergi-pergi. Belum lagi soal biaya. Apalagi orang tua kami masing-masing, mana ada yang percaya kalo Dilly dibilang gak normal. Kami dibilang buang2 duitlah, bergaya orang kayalah, etc. Padahal niat kami cuma ingin yang terbaik buat anak. Sementara itu, Dilly terus berkembang. Tanpa sadar, Dilly makin "normal". Kami nggak tau, itu karena emang udah waktunya atau karena terapi2 segambreng. Yang pasti Dilly udah ngambek kalo diajak terapi. Jadilah kami stop aja semuanya. Langsung. Alkhamdulillah.... Dilly udah cerewet banget. Semua pasti ditanya ama dia. "Mih, ni paa??(baca: mami, ini apa?) Pih, apu ati (baca:papi, lampu mati)" waaaaaaaaaaaaaaaah seneeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeng banget. Dia jadi kritis. Bahkan bisa nyanyi Roxanne-nya the Police, percaya nggak, sekarang dia lg nyanyi One of Us-nya Joan Osborne. Hehehehe... Jadi ortu emang heboh. Serba grasa-grusu. Ini baru umur 2 th. Hehehe tapi pengalamannya uuuuh. Dengan Dilly pantang ini itu, otomatis berlaku bagi ortunya (secara alerginya sama) yaaah semoga hidup kami jadi lebih sehat...

2 Comments:

At Wed Jul 12, 02:16:00 PM 2006, Anonymous Anonymous said...

wah memang bener tuh, yg jelas kayanya Dilly emang udah keliatan tanda 'rada-rada', kayak bapaknya, hehehe

 
At Fri Jul 14, 02:08:00 AM 2006, Anonymous Anonymous said...

aiih aihh..sbg saksi hidup ni anak dari kecil mpe gede, emang bener sih klo dilly itu dulu cm bisa nyanyi reff happy bday dg 'kum kum kum kum kum kummm.....' n skrg? whoa, its such a miracle to see him blabbing like crazy to everyone!! meskipun tdny aq adl salah seorang yg ga percaya ni anak gejala autis, n maki" dokter gaek yg 'smbarangan aja bilang ponakan gw autis!' tp harus diakui.. makasih y dok ud meriksa dilly. sblm telatt!

 

Post a Comment

<< Home